Mahasiswa Asal Taliwang Cakra Negara Aniaya Mahasiswi Asal Lombok Timur Di Kost Kosan

Daftar Isi

RNN.com
Lombok, NTB — Seorang mahasiswi berinisial SB, yang tengah menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi ternama di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat (NTB), menjadi korban kekerasan seksual dan fisik yang diduga dilakukan oleh pacarnya sendiri, Zayyid Artha Dinata, yang juga merupakan mahasiswa di kampus yang sama, Rabu (16/04/2025).

Peristiwa kekerasan tersebut mencuat ke publik setelah SB akhirnya menceritakan kejadian yang dialaminya melalui media sosial dan didukung oleh keluarganya. SB mengaku telah mengalami pemukulan dengan benda keras, tendangan, hingga kekerasan seksual selama menjalin hubungan dengan pelaku. Tidak hanya itu, ia juga mendapat ancaman penyebaran video pribadi yang semakin memperburuk kondisi mentalnya.

Awalnya, SB sempat menyembunyikan kondisi fisik yang penuh luka dengan alasan kecelakaan motor tunggal. Namun, luka yang terlihat tidak wajar memunculkan kecurigaan pihak keluarga, hingga akhirnya SB mengungkapkan bahwa kekerasan tersebut dilakukan oleh Zayyid Artha Dinata.

Menurut penuturan keluarga, Zayyid sempat mengirimkan video pribadi korban dari berbagai nomor tak dikenal untuk mengancam dan menekan SB agar tidak melaporkannya ke pihak berwajib. Tekanan psikologis ini membuat korban ketakutan dan sempat menarik diri dari aktivitas kampus.

Pihak kampus, yang sebelumnya belum mengetahui insiden ini, menyampaikan keprihatinannya. Dalam pernyataan resmi, mereka menyayangkan korban tidak segera melapor, namun tetap memberikan apresiasi atas keberaniannya untuk bersuara. “Kami sangat menyayangkan kejadian ini. Kampus akan memberikan pendampingan psikologis, hukum, dan akademik bagi SB untuk memastikan hak-haknya tetap terpenuhi,” ujar perwakilan kampus.

Terkait adanya informasi soal mediasi, pihak kampus menegaskan bahwa itu dilakukan semata untuk menjaga keberlangsungan akademik SB, dan bukan untuk menutupi atau melindungi pelaku. "Kami tidak akan mentolerir segala bentuk kekerasan. Proses hukum tetap harus berjalan,” tegasnya.

Keluarga SB kini sedang mengumpulkan bukti-bukti untuk memperkuat laporan resmi kepada pihak berwenang. Mereka berharap kasus ini dapat diusut tuntas dan pelaku dijatuhi hukuman setimpal.

Kasus ini menyoroti pentingnya peran aktif kampus dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi mahasiswa, serta mendorong adanya unit layanan kekerasan seksual di perguruan tinggi. Banyak pihak menilai bahwa kasus SB bukan yang pertama, dan perlu ada sistem pencegahan serta penanganan yang lebih kuat untuk kasus serupa di masa depan.(win)

DINAS-PETERNAKAN-DAN-KESEHATAM-20250218-194449-0000