Dikbud Lotim Tingkatkan Pendidikan Inklusi bagi Anak Berkebutuhan Khusus
RNN.com - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur meluncurkan program pendidikan inklusi untuk mendukung anak-anak dengan gangguan belajar seperti disleksia, ADHD, atau dispraksia. Langkah ini bertujuan memberikan kesempatan pendidikan yang setara bagi seluruh siswa tanpa terkecuali.
Salah satu sekolah yang aktif melaksanakan program ini adalah SDN 3 Montong Betok, Kecamatan Montong Gading. Sekolah tersebut menyediakan fasilitas khusus, termasuk ruang belajar yang nyaman, kurikulum berbasis buku berkualitas dari Kemendikbudristek, serta dua guru yang terlatih menangani siswa dengan kebutuhan khusus.
Kepala SDN 3 Montong Betok, Amat S. Pd, menyampaikan bahwa layanan inklusi ini merupakan bagian dari program perpustakaan sekolah dan telah berjalan sejak Oktober 2024. Sebanyak 16 siswa yang mengalami kesulitan belajar saat ini mengikuti program khusus ini.
“Kami menggunakan format asesmen yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Provinsi NTB untuk mendeteksi anak-anak dengan gangguan belajar. Hal ini terlihat dari kemampuan membaca dan perilaku sehari-hari mereka,” jelas Amat pada Sabtu (11/1/2025).
Para siswa yang terlibat dalam program ini berasal dari kelas dua hingga enam. Mereka dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan belajar, mulai dari level dasar seperti huruf, kata, hingga paragraf. Fokus utama pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan membaca mereka.
“Prioritas utama kami adalah memperbaiki kemampuan membaca karena ini adalah fondasi utama untuk mempelajari ilmu lainnya,” tambah Amat.
Program ini menggunakan metode Teaching at the Right Level (TaRL), yang menyesuaikan materi dengan tingkat kemampuan masing-masing siswa. Para guru dilatih secara khusus untuk memanfaatkan buku berkualitas yang disediakan oleh Kemendikbudristek.
Durasi pembelajaran khusus ini berlangsung selama 60 menit, memanfaatkan jam pelajaran olahraga. Sejak Januari 2025, kegiatan dimulai pukul 08.00 hingga 11.00 dengan jeda waktu setiap 20 menit.
“Hasilnya sangat positif. Baru-baru ini, dua siswa kami dari kelas empat dan enam berhasil menyelesaikan program ini, dan kami mengadakan acara wisuda untuk memberikan motivasi kepada mereka,” ungkap Amat.
Ia menambahkan bahwa pendidikan inklusi harus diterapkan di sekolah reguler untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, merasa diterima, dihormati, dan didukung untuk berkembang.
“Setiap sekolah perlu memiliki layanan inklusi ini agar pendidikan benar-benar dapat dirasakan oleh semua anak,” tutup Amat penuh harap.
(win)