Polisi Bubarkan Paksa Aksi Penolakan RUU Pilkada di Mataram
RNN.com - Mataram NTB - Aparat kepolisian secara paksa membubarkan aksi unjuk rasa yang menolak pengesahan RUU Pilkada di depan kantor DPRD Nusa Tenggara Barat, Mataram, Jumat (23/08/2024).
Kepala Bagian Operasional Polresta Mataram, Kompol Gede Sumadra Kerthiawan, menyampaikan imbauan kepada para pengunjuk rasa pada Jumat petang bahwa waktu penyampaian pendapat di tempat umum telah berakhir pada pukul 18.00 Wita.
"Menurut Perkapolri Nomor 7 tahun 2012, batas waktu untuk menyampaikan pendapat di tempat umum adalah hingga pukul 18.00 Wita. Kami meminta massa aksi untuk membubarkan diri dan pulang dengan tertib," ujar Sumadra.
Namun, imbauan tersebut tidak diindahkan oleh para demonstran yang masih ingin menyampaikan tuntutan mereka di dalam gedung DPRD NTB.
Sebagai langkah tegas, aparat kepolisian mengerahkan kendaraan dinas water cannon dan personel untuk membubarkan massa unjuk rasa.
Meskipun terjadi perlawanan dari para demonstran, mereka akhirnya mulai mundur setelah pihak kepolisian melepaskan gas air mata.
Aksi tersebut berlangsung di sepanjang Jalan Udayana, di depan kantor DPRD NTB, Kota Mataram. Hingga pukul 18.30 Wita, situasi sudah kembali kondusif.
Beberapa anggota massa aksi terlihat diamankan oleh kepolisian, sementara satu anggota polisi mengalami luka di bagian mata saat membubarkan demonstrasi.
Sebelumnya, Rapat Paripurna Ke-3 DPR RI Masa Persidangan I Tahun Sidang 2023-2024 yang seharusnya membahas pengesahan RUU Pilkada pada Kamis (22/08/2024) dibatalkan dan dijadwalkan ulang karena jumlah peserta rapat tidak memenuhi kuorum.
RUU Pilkada menuai kontroversi karena dianggap dibahas dengan tergesa-gesa pada Rabu (21/8) oleh Badan Legislasi DPR RI. Banyak yang menilai pembahasan ini tidak sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi yang dikeluarkan pada Selasa (20/08/2024) terkait syarat pencalonan dalam Pilkada.
Sebagai bentuk penolakan, sejumlah elemen masyarakat menggelar aksi di Gedung DPR RI dan Mahkamah Konstitusi.
Di Mataram, kepolisian menerjunkan sekitar 350 personel untuk mengamankan aksi tersebut, yang mayoritas diikuti oleh kalangan mahasiswa.
(Jasril)