Bupati Bima Lantik Paman sebagai Sekda, Wujud Dinasti atau Langkah Maju?

Daftar Isi

 


Pada Senin (5/8/2024), Bupati Bima, Hj Indah Dhamayanti Putri, secara resmi melantik pamannya sendiri, Adel Linggiardi, sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bima. Pelantikan ini menggantikan Penjabat (PJ) Sekda, Suwandi, ST. Acara yang dihadiri oleh sejumlah pejabat lingkup Kabupaten Bima ini berlangsung di Ruang Rapat Bupati dengan suasana yang cukup meriah.

"Saat ini, Bupati telah melantik Adel Linggiardi sebagai Sekda Kabupaten Bima," ujar seorang pejabat Pemkab yang enggan disebutkan namanya. Sejak pagi hingga menjelang siang, para pejabat berkumpul dalam rangka menghadiri pelantikan yang dinilai fenomenal ini.

"Kami hadir sebagai tamu undangan untuk menyaksikan pelantikan Adel Linggiardi sebagai Sekda Kabupaten Bima yang definitif," jelas salah seorang narasumber. Dia berharap, dengan dilantiknya Adel Linggiardi, Kabupaten Bima dapat lebih maju terutama dalam hal administrasi dan lainnya. "Saya yakin di bawah kepemimpinan beliau, Kabupaten Bima akan berkembang pesat," tambahnya.

Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bima, Aminurlah, juga memberikan apresiasi terhadap pelantikan ini dan berharap Kabupaten Bima semakin maju ke depannya. "Semoga Kabupaten Bima akan menjadi lebih baik dan stabil di masa mendatang," ujarnya optimis.

Namun, tidak semua pihak memberikan dukungan penuh. Aktivis perempuan Bima, Hj. Sumarni Abdullah, menganggap pelantikan ini sebagai tanda kemunduran bagi Kabupaten Bima. "Ini bukti bahwa Bupati membangun tatanan dinasti, mengisi pemerintahan dengan keluarga sendiri," tegasnya. Umi Marni, sapaan akrab Hj. Sumarni Abdullah, menambahkan bahwa pemerintahan saat ini didominasi oleh keluarga Kesultanan Bima, mulai dari paman, adik, saudara ipar, hingga ibunya sendiri.

Sejalan dengan pendapat Umi Marni, Uswatun Hasanah, eks anggota Kohati Singaraja Bali, menyatakan bahwa dinasti politik ini telah dibangun sejak dua dekade lalu. "Mereka telah menguasai seluruh lini pemerintahan, bahkan legislatif menjadi boneka kekuasaan," ungkapnya. Dengan sapaan Miss Badai NTB, dia memprediksi kehancuran Kabupaten Bima jika terus dikendalikan oleh satu keluarga. "Saya bukan berburuk sangka, tapi lihat saja dan tunggu kehancuran," tutupnya.


Aws - RNN NTB